Kenangan saya semasa pertama sekolah di smp muhammadiyah banyak sekali !
dari semenjak pertama masuk kelas 7, saya masuk di kelas 7A ,disitu saya masih culun dan lugu -,- ,saya mempunyai banyak teman yg sangat baik ;) ,dan sewaktu kelas 7 saya mempunyai wali kelas yg bernama bapak Agus Rusyanto :) ,beliau adalah wali kelas yg sangat tegas ,meskipun beliau mempunyai murid yg sangat bandel belau selalu bersikap terhadap murid2 tersebut ! sesudah ny saya di kelasdi kelas 7A saya naik kelas ke kelas 8A dan setelah duduk d kelas 8A kami sekelas sepakat untuk membuat baju kelas , dan setelah itu kita satu kelas sepakat untuk membuat baju kelas tersebut ! dan setelah sepakatkami pun mengumpulkan uang untuk membuat baju tersebut ! dan setelah uang terkumpul kami menyuruh salah satu teman kami yang bernama Diarda untuk membuat gambar yang akan di jadikan gambar di baju kelas tersebut ! setelah design baju itu selesai kami pun berunding kembali untuk menentukan warna baju ! dan stelah semua berbeda - beda pendapat kami pun memusyawarahkan usulan dari teman teman kami dan kami satu kelas sepakat untuk mengambil warna merah ! setelah sepakat kami pun memesan baju tersebut yang di berinama "CLASSIC BARKA" yang artinya : class asik berisik barudak kelas A ;;) ,setelah kami duduk di bangku kelas 8A kami pun naik kelas ke kelas 9A !
setelah naik kelas sewaktu itu ada pergantian wali kelas dan kami murid 9A mendapat kan guru yg bernama bu Tika Juhertika ;) ,yaa kata aku sih ibu itu mirip seperti Syahrini karena cantik uhh :G ,dan ibu Tika pun menjadi wali kelas kami sampai sekarang ;)
Kami selaku murid dari SMP Muhammadiyah mengucapkan banyak banyak berterima kasih terhadap semua guru yg ada di SMP Muhammadiyah ini ;) yg telah mengajarkan kami selama tiga tahun ini ;)
Don't For Get Me my friend's and teacher's ;):* kami semua akan merindukan kalian semua wahai guru yg ku sayangi ;*{}
Minion
Senin, 23 Maret 2015
Senin, 26 Januari 2015
Sejarah Candi Borobudur
Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,[1][2] sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.[3]
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[4] Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[3]
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.[7][8][9]
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[4] Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[3]
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.[7][8][9]
Senin, 03 November 2014
Kecepatan Akses Internet
Ukuran Kecepatan Akses Internet
Kecepatan akses internet dapat di ukur berdasarkan bandwith (lebar pita). Bandwith merupakan ukuran banyaknya informasi yang mengalir tiap satuan waktu. Satuan yang biasa digunakan untuk bandwith adalah bit per second (bps) atau kilobit per second (kbps)
1000 bps = 1 kbps
1000 kbps = 1 Mbps (megabit per second)
Bit berbeda dengan byte, 1 byte = 8 bit ,satuan byte dilambangkan dengan huruf kapital B
Kecepatan akses internet dapat di ukur berdasarkan bandwith (lebar pita). Bandwith merupakan ukuran banyaknya informasi yang mengalir tiap satuan waktu. Satuan yang biasa digunakan untuk bandwith adalah bit per second (bps) atau kilobit per second (kbps)
1000 bps = 1 kbps
1000 kbps = 1 Mbps (megabit per second)
Bit berbeda dengan byte, 1 byte = 8 bit ,satuan byte dilambangkan dengan huruf kapital B
Langganan:
Postingan (Atom)